Minggu, 15 September 2013

STOCKPILE MANAGEMEN

Stockpile berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses, sebagai stock strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Stockpile juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran batubara untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan.

Disamping tujuan di atas di stockpile juga digunakan untuk memcampur batubara supaya homogenisasi sesuai kebutuhan. Homogenisasi bertujuan untuk menyiapkan produk dari satu tipe material dimana fluktuasi di dalam kualitas batubara dan distribusi ukuran disamakan. Dalam proses homogensiasi ada dua tipe yaitu blending dan mixing.

Blending bertujuan untuk memperoleh produk akhir dari dua atau lebih tipe batubara yang lebih dikenal dengan komposisi kimia dimana batubara akan terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi tempat yang cukup besar untuk mengenali salah satu dari tipe batu bara tersebut ketika proses pengambilan contoh dilakukan. Dalam proses blending batubara harus tercampur secara merata atau distribusi merata. Sedangkan mixing merupakan salah satu dari tipe batubara yang tercampur masih dapat dilokasikan dalam kuantitas kecil dari hasil campuran material dari dua atau lebih tipe batubara.

Proses penyimpanan, bisa dilakukan :
-          didekat tambang, biasanya masih berupa lumpy coal
-          di dekat pelabuhan
-          dan di tempat pengguna batubara
untuk proses penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak terlalu lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan alam.

Prinsif dasat pengelolan stockpile adalah adalah penerapan Sistem FIFO ( first in first out ), dimana batubara yang terdahulu masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu. Stocking batubara dalam jangka waktu lama akan beresiko terhadap degaradasi dan pemanasan ( self heating ).

Disamping itu beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam management stockpile adalah sebagai berikut :
1.    Control Temperature & Heating / sponcom
2.    Control terhadap Kontaminasi & housekeeping
3.    Control Aspek Kuality / kuantity batubara
4.    Control aspek Lingkungan

Control Temperature & Heating / Spontanous combustion
Penentuan terperature batubara di stockpile dilakukan secara periodik, kemudian dievaluasi trend temperaturenya dari waktu ke waktu. Monitoring temperatur juga dimaksudkan untuk melihat adanya area-area stockpile yang mempunyai potensial pemanasan ( heating ).
Pemanasan / pembakaran secara spontan adalah merupakan fenomena alami dan juga disebut pembakaran sendiri ( self heating / combustion ). Hal ini disebabkan terjadinya reaksi zat organic dengan oxygen dari udara. Kecepatan reaksi oksidasi sangat bervariasi antara suatu zat dengan zat lainnya.

Pembakaran akan terjadi apabila :
-          adanya bahan bakar ( fuel )
-          andanya oksidan ( udara / oxygen )
-          adanya panas ( heat )
Fire triangle
                                               

                                    O2                                          Heat





  
                                                         Fuel

Untuk mencegah terjadinya kebakaran harus meniadakan sedikitnya satu dari komponen di atas.

Batubara sebagai zat organic yang mengandung gas methan, mudah terbakar karena beroksidasi dengan oxygen dari udara. Spontanous kebakaran ini dapat dikontrol apabila ditangani secara benar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi spontaneous kebakaran antara lain :
1.    Kondisi batubara :
o   Rank batubara dan typenya
o   Kadar air ( moisture )
o   Penyebaran ukuran ( size distribution )
o   Kadar pyretic sulphur
o   Komponen maceral
2.    Rank batubara
Rank batubara sangat ditentukan oleh besar perubahan yang terjadi dari tanaman asalnya, makin tinggi perubahannya makin tinggi mutu / rank batubara tersebut. Batubara dibagi dalam 2 rangking :
o   Batubara rangking rendah ( brown coal, lognit, sub-bituminus coal )
o   Batubara rangking tinggi ( bituminous dan anthracite )

Semakin rendah rank batubara, semakin tinggi resiko spontaneous kebakaran, hal ini disebabkan :
o   Kadar air, air bertindak sebagai katalis dalam proses oksidasi, semakin tinggi kadar air semakin besar resiko terjadinya spontanous kebakaran.
o   Penyebaran ukuran batubara, semakin besar perbedaan ukuran butiran batubara semakin mudah terjadi self combustion dan begitu juga semakin banyak jumlah batubara halus ( fines ) semakin tinggi resiko terjadinya pembakaran batubara.
o   Pyritic sulphur, senyawa ini mudah teroksidasi apabila panas dan akhirnya menimbulkan spontanous kebakaran.
o   Komponen maceral ( vitrinite, exinite dan inertinite ), batubara dengan kadar exinite dan vitrinite yang tinggi akan mudah terbakar.

Beberapa usaha untuk mencegah terjadinya batubara terbakar adalah dengan menghindari masuknya oksigen kedalam batubara, dengan jalan :
1.    Penerapan sistem FIFO
2.    Menghindari struktur vertikal, dengan maksud untuk mengurangi resiko masuknya udara kedalam stock.
3.    Bila dimaksudkan untuk stocking batubara dalam perioda yang cukup panjang, maka diusahakan dilakukan pemadatan ( kompaksi )

Bila ditemukan kondisi stock batubara mengalami pemanasan ( heating ) atau terbakar ( sponcom ), maka bagian yang mengalami heating tersebut segera dipisahkan, kemudian dispreading untuk pendinginan sebelum dikembalikan ke stockpile dan dikompaksi atau segera dikeluarkan ( unloading ).

Tidak dibenarkan menggunakan air dalam penanganan heating / sponcom batubara di stockpile karena akan berdampak meningkatkan proses oksidasi.

Stocking of envirocoal
Untuk proses stocking batubara envirocoal diantaranya meliputi  :
1.    Stocking di ROM tambang
ROM ( Run of Mine ) tambang digunakan tempat rehandling batubara dari pit, untuk selanjutnya diangkut menggunakan truck hauling ke fasilitas coal crushing.
2.    Stocking di ROM Produksi Kelanis
ROM produksi digunakan sebagai stock cadangan untuk menjaga kontinuitas proses produksi ( crushing ) dan mengantisipasi adanya gangguan proses hauling batubara dari tambang. Ada 2 ROM stockpile yang digunakan :
·         ROM 1, digunakan untuk mejaga stabilitas suplay batubara untuk proses produksi ( crusher ) pada rate maksimum.
·         ROM 2, digunakan sebagai dead stockpile dan mengantisipasi problem proses hauling dari tambang.
3.    Stockpile produksi.
Digunakan untuk menyimpan hasil produksi batubar ( crushing ) dan selanjutnya dimuat ke dalam tongkang. Produksi batubara tersebut sudah tersizing pada ukuran 0 sampai 50 mm. Ada 2 stockpile produksi yang mana masing-masing digunakan untuk setiap fasilitas crushing dan laoding barge.

Kontrol Terhadap Kontaminasi & Housekeeping
Kontaminasi merupakan sesuatu yang hal sangat tidak diinginkan dalam suatu proses produksi batubara selain dapat mempenagaruhi kualitas batubara maupun performance daripada miner / penambang tersebut. Kontaminasi dapat terjadi mulai dari tambang, proses rehandling, di stockpile maupun di vessel. Hal ini dapat mengakibatkan claim atau complain dari suatu buyer.
·         Kontaminasi di daerah tambang, kontaminasi yang umum terbawa pada saat expose batubara antara lain overburden yang berupa clay, tanah atau batuan lainnya. Hal ini berakibat akan meningkatnya kandungan abu ( ash content )
·         Kontaminasi proses rehandling, terjadi saat proses pengangkutan batubara. Kontaminasi ini biasa berupa :
-          Terdapatnya sparepart kendaraat berat / potongan logam
-           Kawat, besi, kayu, plastik, kaleng minuman, karet ban, dll
-          Kontaminasi di daerah stockpile. Stockpile yang kurang bagus dapat menyebabkan suatu kontaminasi terhadap batubara itu sendiri terutama dari basement / dasar dari stockpile akibat manuver-manuver dari suatu dozer / traktor sehingga akan terangkat dasar stockpile yang berupa tanah, lempung atau batu splite.

Hal-hal yang perlu diperhatikan guna menghindari kontaminasi dari stockpile antara lain :
  • Supervisi yang ketat semua aktivitas area stockpile
  • Pelaksanaan housekeeping
  • Perawatan rutin peralatanyang digunakan, meliputi perawatan terhadap alat-alat plant maupun terhadap alat berat yang digunakan di area stockpile.
  • Metal detector, berfungsi untuk mencegah kontaminasi metal masuk ke stockpile maupun maupun batubara yang akan dikeluarkan dari stockpile.


Kontrol Aspek Kuality & Kuantity
Kontrol aspek kuality batubara di stockpile yang perlu dilakukan berupa :
o   penentuan / analisa kualitas batubara produksi yang ada di stockpile, kemudian melakukan pengaturan stock sesuai type batubara produksi di stockpile.
o   Usaha mininimize resiko degradasi batubara ( pengaturan lama stocking, aktitivitas alat berat distockpile, reclaime pit, dll )
o   Pengaturan blending ratio batubara.
o   Control dan monitoring semua faktor yang berdampak terhadap perubahan yang significan terhadap nilai kualitas batubara selama di stockpile.

Sedangkan terhadap aspek kuantity perlu dilakukan sistem recording yang akurat terhadap inventory batubara dan pergerakan stock batubara ( coal movement ) .


Kontrol Aspek Lingkungan
Debu batubara, Secara umum dust ( debu ) batubara berasal dari partikel yang berukuran – 0.5 mm ( fines ) yang bersuspensi dengan udara, sehingga dalam usaha pence-gahan debu adalah dengan meminimize terhadadap fines ( partikel halus ) tersebut. Penggunaan spray Air dapat dilakukan untuk mengatisipasi debu, direkomendasikan spray yang digunakan adalah dalam bentuk fog spray
( kabut ) karena lebih maksimal dalam menangkap debu.

Untuk type batubara envirocoal mempunyai fines ( - 0.5 mm ) berkisar antara 8 s/d 10 %. Secara teknis penanganan debu dilakukan dengan melakukan spray air ditambahkan bahan surfactan yang diproduksi oleh KAO disebut dengan PIC 103. Bahan surfactan ini dengan air akan menyerap dengan cepat partikel debu batubara. Konsentrasi yang direkomendasikan adalah 50 ppm / ton batubara envirocoal. Lokasi spray air adalah :

  • hopper
  • screen / divergator
  • secondary crusher
  • Transper chute


Limbah padat & cair, selama pengelolaan stockpile batubara limbah padat dan limbah cair merupakan resiko yang tidak bisa dihindari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penangananan stockpile adalah :

  • Perawatan basement stockpile, pemukaan stockpile diusahakan bisa mengalirkan air ke arah sistem drainage yang tersedia. Dalam hal ini bentuk yang ideal permukaan stockpile adalah adalah sedikit cembung.
  • Drainage sistem, semua air dari stockpile dialirkan ke arah sistem treatment limbah cair / padat.
  • Sistem treament limbah yang memadai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar